(Redaksipost.com) – Pemerintah tengah menyusun regulasi baru terkait proyek rumah subsidi di Indonesia. Salah satu poin yang mencuat dalam rancangan kebijakan tersebut adalah rencana pengurangan luas minimal tanah dan bangunan rumah tapak yang masuk dalam skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Draf Keputusan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) yang tengah dibahas itu memuat ketentuan baru mengenai batasan ukuran hunian bersubsidi. Dalam dokumen tersebut, luas tanah rumah tapak subsidi direncanakan memiliki ukuran paling kecil 25 meter persegi dan maksimal 200 meter persegi. Sementara luas bangunan diusulkan minimum 18 meter persegi dan maksimum 36 meter persegi.
Jika diterapkan, angka tersebut akan menggantikan ketentuan sebelumnya yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 689/KPTS/M/2023. Berdasarkan aturan yang masih berlaku saat ini, luas tanah rumah subsidi minimal adalah 60 meter persegi, sedangkan luas lantainya paling sedikit 21 meter persegi.
Perubahan ini tidak bisa dilakukan secara langsung, sebab revisi ukuran minimal hunian subsidi memerlukan penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2021, yang merupakan perubahan dari PP Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Selain penyesuaian ukuran, rancangan regulasi baru ini juga mencantumkan perubahan harga jual rumah subsidi. Untuk wilayah Jawa—di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi—harga maksimal rumah tapak ditetapkan sebesar Rp166 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ketentuan sebelumnya sebesar Rp162 juta pada tahun 2023.
Sementara di wilayah Kalimantan, kecuali Kabupaten Murung Raya dan Mahakam Ulu, harga maksimal rumah subsidi akan naik menjadi Rp182 juta, dari sebelumnya Rp177 juta.
Rencana perubahan ini menjadi bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap penyediaan hunian bersubsidi, yang selama ini menjadi program andalan pemerintah dalam menjawab kebutuhan rumah layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.