(Redaksipost.com) – Kericuhan terjadi di Stasiun Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ketika seorang ibu muda memprotes keras tindakan petugas kereta api yang melarang anak balitanya ikut naik ke gerbong karena tidak memiliki tiket. Insiden tersebut terekam dalam sebuah video yang kini ramai diperbincangkan warganet.
Sri Ushwa Ningrum (29), penumpang yang terlibat dalam kejadian itu, mengungkapkan kekecewaannya atas perlakuan petugas yang menurutnya tidak manusiawi dan kurang menghargai pelanggan. Ia merasa diperlakukan tidak pantas saat membawa anaknya yang masih berusia dua tahun.
“Kami sekeluarga merasa direndahkan. Petugas bicara seolah-olah kami tidak penting sebagai penumpang, dan menyuruh kami meninggalkan anak di stasiun karena tiketnya tidak ada,” kata Sri saat dihubungi pada Senin (23/6/2025).
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (22/6) sore, saat Sri dan rombongan keluarga besarnya tengah melakukan perjalanan dari Stasiun Pangkajene menuju Mandai menggunakan kereta api. Ia menyebut telah membeli total 30 tiket untuk perjalanan pulang-pergi melalui rute Pangkajene–Barru–Mandai.
Sri menjelaskan bahwa dalam perjalanan sebelumnya, anaknya diperbolehkan ikut meski tanpa tiket karena usianya masih di bawah tiga tahun. Namun saat tiba di Mandai, petugas kereta justru melarang anak tersebut naik ke gerbong untuk kembali ke Pangkajene, dengan alasan kuota kursi telah habis.
“Saya bahkan sudah tawarkan membayar tiket lebih mahal asal anak saya bisa ikut. Tapi petugas tetap menolak. Mereka bilang ‘tiket habis, anak tidak bisa ikut, tinggal saja anaknya di sini’. Itu ucapan yang sangat menyakitkan bagi kami sebagai orang tua,” tegas Sri.
Keributan pun tak terelakkan. Dalam video yang beredar, terdengar Sri berteriak keras kepada petugas yang mengenakan kacamata. Beberapa petugas lain, termasuk satuan pengamanan, tampak mencoba meredakan situasi dan menengahi adu mulut yang berlangsung cukup panas.
Meski pada akhirnya petugas keamanan mengizinkan keluarga Sri kembali naik kereta, mereka memilih tidak melanjutkan perjalanan karena kereta telah penuh. Sebanyak 10 anggota keluarga akhirnya memutuskan pulang ke Pangkajene menggunakan jasa taksi online.
“Kami terpaksa pesan mobil Maxim untuk pulang. Perjalanan itu sangat mengecewakan,” tambah Sri.
Hingga saat ini, pihak Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan (BPKA Sulsel) belum memberikan keterangan resmi. Wartawan telah menghubungi Kepala Tata Usaha BPKA Sulsel, Hasbudi Samad, namun belum mendapatkan respons.
Kejadian ini memunculkan pertanyaan publik mengenai konsistensi aturan pembelian tiket bagi anak di bawah umur dan standar pelayanan yang diterapkan di stasiun. Banyak pihak berharap insiden ini bisa menjadi evaluasi bagi pihak operator untuk meningkatkan empati dan komunikasi dalam melayani masyarakat.