Jakarta, Redaksipost.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan pada Maret 2024. Menurut data yang dirilis, jumlah penduduk miskin turun menjadi 9,03 persen atau sekitar 25,22 juta orang, dibandingkan dengan 9,36 persen atau 25,90 juta orang pada Maret 2023.
“Persentase penduduk miskin turun 0,33 persen poin dibandingkan Maret 2023,” ujar Plt Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi, dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (1/7).
Penurunan Tingkat Kemiskinan di Perkotaan dan Pedesaan
Penurunan tingkat kemiskinan terjadi baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan, dengan penurunan yang lebih signifikan di pedesaan. Tingkat kemiskinan di pedesaan turun sebesar 0,43 persen poin, sementara di perkotaan turun sebesar 0,20 persen poin. Namun, disparitas antara perkotaan dan pedesaan masih cukup lebar, dengan tingkat kemiskinan di pedesaan mencapai 11,79 persen dibandingkan 7,09 persen di perkotaan.
“Penurunan kemiskinan di pedesaan lebih besar, menunjukkan upaya pemerintah dalam memberdayakan masyarakat pedesaan mulai membuahkan hasil,” tambah Imam.
Perbandingan dengan Kondisi Pra-Pandemi
Jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, tingkat kemiskinan di pedesaan pada Maret 2024 sudah lebih rendah dibandingkan dengan September 2019. Pada Maret 2024, tingkat kemiskinan pedesaan berada 0,81 persen poin lebih rendah dari tingkat kemiskinan pada September 2019. Sementara itu, tingkat kemiskinan di perkotaan masih lebih tinggi 0,53 persen poin dibandingkan dengan kondisi pada September 2019.
“Penurunan ini menandakan pemulihan yang lebih cepat di wilayah pedesaan, sementara perkotaan masih berjuang untuk kembali ke kondisi pra-pandemi,” jelas Imam.
Garis Kemiskinan dan Faktor Pendorong Penurunan
Garis kemiskinan adalah salah satu indikator penting dalam menentukan status kemiskinan penduduk. Pada Maret 2024, garis kemiskinan tercatat sebesar Rp582.932 per bulan, naik 5,90 persen dari Rp550.206 pada Maret 2023. Di wilayah perkotaan, garis kemiskinan tercatat sebesar Rp601.871, lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan yang berada di angka Rp556.874.
“Garis kemiskinan di perkotaan naik 5,72 persen, sementara di pedesaan naik lebih tinggi, yaitu 6,06 persen,” jelas Imam, menambahkan bahwa peningkatan ini mencerminkan biaya hidup yang lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.
Peranan Komoditas Makanan dalam Garis Kemiskinan
Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan masih dominan, mencapai 74,44 persen pada Maret 2024. Hal ini menegaskan bahwa kebutuhan dasar seperti pangan masih menjadi komponen utama dalam menentukan garis kemiskinan. Sementara itu, peranan komoditas bukan makanan hanya sebesar 25,56 persen.
“Kenaikan harga pangan yang moderat, tetapi tetap signifikan, menjadi faktor utama dalam penurunan kemiskinan ini,” ujar Imam.
Penurunan Kemiskinan: Hasil Upaya Bersama
Penurunan tingkat kemiskinan yang tercatat pada Maret 2024 menunjukkan hasil positif dari berbagai kebijakan dan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan. Program-program bantuan sosial, peningkatan akses pendidikan, serta perbaikan infrastruktur pedesaan telah memberikan dampak yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Ini adalah hasil kerja keras dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta partisipasi aktif dari masyarakat,” kata Imam.
Tantangan dan Harapan Kedepan
Meskipun penurunan tingkat kemiskinan ini merupakan langkah positif, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Disparitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan serta peningkatan biaya hidup yang tidak merata tetap menjadi isu yang harus segera diatasi.
“Pemerintah akan terus berupaya untuk mempersempit kesenjangan ini dan memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat,” pungkas Imam.
Dengan tren penurunan ini, pemerintah dan berbagai pihak terkait diharapkan dapat terus berkomitmen untuk mengurangi tingkat kemiskinan lebih lanjut, sehingga Indonesia dapat mencapai target pengurangan kemiskinan yang lebih ambisius di masa mendatang. (*)